Kamis, Januari 19, 2012

MISTERI "YAQOWIYU"


YAQOWIYU atau orang lebih mengenal SAPARAN (karena diselenggarakan pada bulan SAPAR-bulan dalam tahun Jawa), sebuah tradisi umat islam di Kecamatan Jatinom, Klaten-Jawa Tengah. Tradisi yang sudah diselenggarakan lebih dari 500 tahun, Bagaimana awal mula tradisi ini?

Kala itu di tahun 1511 tepatnya di hari Jumat, tanggal 15 Sapar 1511, Ki Ageng Gribig yang sedang melelakukan ziarah ke Mekah bersama Sultan Agung yang hendak pulang menuju tanah Jawa mendapatkan oleh-oleh berupa Kue APEM yang masih hangat dan dalam jumlah yang banyak. Singkat cerita setelah sampai dirumah beliau di Jatinom, ternyata kue Apem tadi masih dalam keadaan hangat. Dalam hati KiAgeng Gribig, ingin membagikan kue tadi kepada seluruh warga di kampungnya, namun jumlah kue tadi tidaklah mencukupi, maka beliau memohon kepada istrinya untuk memasak membuat kue Apem dalam jumlah yang banyak agar mencukupi untuk warga sekitar.

Setelah kue yang dimasak istri Ki Ageng Gribig tadi selesai maka kue Apem yang dari Mekah dan yang dimasak istri beliau dibawa ke Masjid Gedhe Jatiom dan setelah Sholat Jumat Ki Ageng Gribig memohon kepada jemaah untuk berkumpul dan memanjatkan doa agar mendapatkan berkah dan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME atas begitu banyak rezeki yang telah dilimpahkan kepada umat manusia. Setelah selesai berdoa maka kue Apem tadi dibagikan kepada semua jamaah sholat Jumat dan warga sekitar.

Ki Ageng Gribig juga mengharapkan agar warga sekitar Jatinom mengikhlaskan sebagian hartanya supaya setiap bulan Sapar menyiapkan sejumlah hidangan untuk disajikan kepada tamu yang datang di Jatinom.
Namun seiring perkembangan zaman pelaksanaan berbagi rezeki dibulan Sapar berbeda dengan waktu zamannya Ki Ageng Gribig. Setiap tanggal 15 Sapar warga Jatinom tetap masih membuat kue Apem dan dikumpulkan kepada panitia, dan pelaksanaan pembagian kue Apem tepat setelah Sholat jumat diselenggarakan dan bertempat di lapangan dekat sendang (danau kecil) di dekat Pasar Lama Jatinom dengan cara disebar. Ribuan orang datang tiap tahunnya, laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak dan mereka berasal dari berbagai daerah, ada yang dari daerah sekitar Jawa Tengah dan ada juga yang datang dari luar kota. Entah alasan apa yang membuat mereka datang menghadiri perayaan Yaqowiyu atau menyebar kue Apem tersebut. Ada yang beralasan Mencari Berkah, ada yang berpendapat untuk mencari kue apem sebagai penyubur lahan pertanian, ada yang punya pendapat bahwa kue apem yang disebar bisa untuk obat sakit pegal, encok dan lain-lain itu terserah mereka berpendapat.

Apa makna dari penyebaran kue Apem tadi, kata APEM berasal dari kata “AFWAM” yang berarti “MEMAAFKAN” yang mempunyai arti pelajaran yang luhur bahwa sebagai umat manusia yang tidak bisa lepas dari salah dan dosa maka kita harus saling memaafkan, begitu tutur Panji Supardi juru kunci makam Ki Ageng Gribig.  Dan kue Apem tadi sebagai simbul MAAF.
Namun yang pasti dibalik penyelenggaraan tradisi Yaqowiyu banyak warga yang mendapatkan rezeqi dadakan karena menjelang Yaqowiyu pasti ada pasar malam yang kurang lebih satu minggu lamanya. Para pedagang dari daerah sekitar, ataupun dari luar kota menjajakan dagangannya, baik itu makanan, minuman, mainan anak, pakaian, sepatu, kerajinantangan dan lain sebagainya.

Kita sebagai generasi sekarang, mampukah kita memupuk dan melestarikan berbagi tradisi dan budaya asli Indonesia warisan nenek moyang yang begitu agung, termasuk Yaqowiyu salah satunya. Atau apa malah akan kita melupakannya?






Foto : antarfoto.com, pariwisataklaten.com, skyscrapercity.com, rdsfmsolo.com

0 komentar: